Asal
mula kata Koi
Koi (鯉, Bahasa Inggris /koi /, bahasa
Jepang: [ko’i]) atau secara spesifiknya koi
berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karper. Lebih spesifik lagi merujuk
pada nishikigoi (錦鯉, Bahasa Inggris /nishiki’goi /), yang kurang lebih
bermakna ikan karper yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi
semacam simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk
kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta. Ikan Koi adalah sejenis ikan yang termasuk ikan mas (Cyprinus
carpio) yang mempunyai ornamen yang sangat indah dan jinak. Koi biasanya
dipelihara sebagai hiasan dengan tujuan keindahkan dan keberuntungan di dalam
rumah dan luar rumah (kolam koi atau taman air, karena ikan koi
dipercaya membawa keberuntungan. Karena ikan koi sangat dekat berkerabat dengan ikan mas,
dan oleh karena itu di Indonesia banyak orang menyebutnya ikan mas koi.
Jenis ikan koi
dibedakan tergantung dari warnanya, polanya, dan ukurannya. Beberapa unsur
warnanya adalah putih, hitam, merah, kuning, biru, dan krem. Jenis koi paling
dikenal adalah jenis ''Gosanke'', yang terdiri
dari Kohaku, Taisho
Sanshoku, and Showa
Sanshoku.
Sejarah Ikan Koi
Budaya Abad Lampau
Menurut sejarahnya, orang cinalah
yang pertama kali menernakkan ikan karper, yaitu sekitar tahun 1300-an. Jika
kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim sebagai "produk"
jepang tentu ada alasannya. Pusat pembenihan koi di jepang terdapat di daerah
pegunungan Ojiya, niigata. Daerah ini
terkenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di Ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim
panas. Pada waktu musim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah
tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca menjadi dingin, karper tersebut akan
menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper
tersebut menjadi lauk bagi penduduk ojiya. Melalui suatu pembudidayaan selama
bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah.
Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian
mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun
1870 didapatkanlah kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910
shiroutsiiri (putih dan hitam) dan kinutsuri (kuning dan hitam), garis
keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa dipungkiri.
Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna
dengan garis yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian
menyusul penemuan koi dua dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai
dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi
dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin (sisik perak), dan ogon
(emas). Pada tahun 1904, jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap
dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada jepang.
Mereka lantas menernakkan koi jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi,
dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi
warna-warni jepang dikenal sebagai nishikigoi, maka koi jerman ini populer
dengan sebutan doitsugoi (koi jerman). Dalam bahasa jepang, nishiki mengandung
makna kain yang beraneka warna, sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper.
Akan halnya nishikigoi yang akhirnya populer dengan nama koi.
Tanda Cinta Sang Kaisar
Majalah tropical fish hobbiest edisi
september 1988, memuat tentang asal-usul kata nishikigoi. Menurut sejarah cina,
ketika anak laki-laki tertua dari kong zi
lahir pada 533 sm, penguasa kerajaan lu memberinya ikan sebagai hadiah ulang
tahun. Ikan itu konon yang kita sebut koi sekarang ini. Kata koi, menurut cara
penulisan jepang, memang bisa menimbulkan dua makna yang berbeda. Makna pertama
adalah ikan, sedang makna kedua adalah menjadi murni atau sempurna. Dari kedua
makna ini, koi bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapi dan
teratur pada sisik di badannya. Dengan lain perkataan, koi merupakan ikan yang
benar-benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni. Cina ternyata
mempunyai buku, yang dipercaya sebagai buku pertama dan tertua yang mengupas
tentang koi, yang bernama yogyokyo. Tata cara pembudidayaan koi, dan semua
jenis koi dikupas dalam buku tersebut. Dalam buku tersebut diuraikan juga
tentang koi yang berwarna-warni seperti merah, biru, hitam, putih, dan kuning. Dengan
kata lain terdapat rahasia yang masih tersimpan dalam buku koi yang ditulis
orang jepang, seperti hitachi fudoki atau nishonshoki. Dalam bahasa jepang antara
carp dan love (cinta) mempunyai cara pengucapan yang sama “koi”. Dalam buku
nishonshoki terdapat cerita yang menarik tentang kata koi ini. Ketika kaisar
kejkou pergi ke provinsi mino pada februari 94, ia jatuh cinta pada pandangan
pertama dengan anak perempuan pangeran yasakairihiko otohime. Ketika mendengar
keinginan kaisar kejkou, sang putri menolak dan lari masuk ke dalam hutan.
Namun kaisar kejkou tidak kekurangan akal, untuk menarik perhatian pujaan
hatinya, ia mengambil ikan yang baru didatangkan dari cina yang ada di kolam
penginapannya dan mengadakan jamuan makan ikan. Anehnya sang putri yang semula
menolak akhirnya keluar hutan dan menemui dia. Mereka saling jatuh cinta yang
dalam bahasa jepang disebut koi. Dari cerita ini orang lantas menyebut koi
untuk ikan yang dipakai sang kaisar guna memikat pujaan hatinya.
Bagaimana dengan nama nishikigoi,
dari nama nishikigoi adakah cerita yang menarik sebelum nama itu melekat dan
dikenal untuk menyebut karper warna-warni ini? Dulu orang menyebut koi dengan
nama yang ber-beda-beda, misalnya saja mayogoi (karper yang berpola bagus),
hanagoi (karper kembang), echigo no kawarigoi (karper unik dari echigo), irogoi
(karper warna), dan madarigoi (karper totol). Adalah Kei Abe, teknisi di pusat
penelitian perikanan niigata yang meneliti dan mengembangkan koi, memberinya
nama ketika pertama kali taisho sanshoku diproduksi di takezawa mura pada tahun
1918. Pada waktu itu nama ini tidak populer di kalangan masyarakat.
Ada dua versi yang dipercaya sebagai
asal muasal kata nishikigoi dikenal luas. Pertama, kata ini mulai dikenal
ketika seorang kapten singgah di pusat pembenihan koi setelah usai perang dunia
kedua. Saking laparnya ia minta irogoi (karper warna) untuk mengisi perutnya,
yang kemudian dibingungkan dengan kata irokoi yang dalam bahasa jepang
mengandung makna nafsu seksual. Dari sini kemungkinan kata nishikigoi mulai
dikenal luas. Cerita kedua adalah ketika francis burgoa, kepala markas besar
tentara sekutu mengadakan peninjauan di pusat pembenihan koi di yamakoshi setelah
perang dunia kedua. Sejak saat itu kemungkinan kata nishikigoi mulai populer.
Dan tentunya kata nishikigoi hanya untuk menyebut ikan yang berwarna-warni dan
bukannya yang satu warna.