1. Pengertian
Keigo
Keigo dalam bahasa Indonesia disebut bahasa
hormat. Bahasa hormat sepadan dengan bahasa halus atau bahasa lemas
sebagai istilah yang dipungut dari bahasa daerah yang dipakai kepada orang
yang lebih tinggi derajatnya. Menurut Terada Takanao (1984:238) Keigo adalah
bahasa yang mengungkapkan rasa hormat terhadap lawan bicara atau orang
ketiga. Menurut Nomura (1992:54) Keigo adalah ungkapan kebahasaan yang
menaikkan derajat pendengar atau orang yang menjadi pokok pembicara.
Sedangkan menurut Ogawa (1989:227) Keigo adalah ungkapan sopan yang
dipakai pembicara atau penulis dengan mempertimbangkan pihak pendengar,
pembaca, atau orang yang menjadi pokok pembicara. Pada dasarnya Keigo
adalah bahasa yang dipakai untuk menghaluskan bahasa atau bahasa yang
mengungkapkan rasa hormat terhadap lawan bicara yang berfungsi untuk menaikkan
derajat orang yang dibicarakan yang dipakai oleh orang pertama untuk
menghormati orang kedua dan orang ketiga. Jadi yang dipertimbangkan pada
waktu menggunakan keigo adalah konteks tuturan termasuk orang pertama,
orang kedua, dan orang ketiga. Nakao Toshio dalam Sudjianto (1999:149)
menjelaskan bahwa keigo ditentukan dengan beberapa faktor sebagai berikut
:
1. Usia
: Tua atau muda, senior atau junior
2. Status
:Atasan atau bawahan, guru atau murid
3. Jenis kelamin
: Pria atau wanita
4. Keakrapan
: Orang dalam atau orang luar
5. Pribadi
atau umum : Rapat dan upacara
6.
Pendidikan : Berpendidikan atau tidak
Pemakaian Keigo tampak sangat mencolok dalam pemakaian
bahasa Jepang sehari-hari. Hal ini menjadi satu ciri khas kekayaan
bahasa Jepang. Sebagai contoh untuk menyatakan “makan” ada beberapa kata
yang digunakan seperti pada kalimat berikut :
1. Osaki
ni gohan o itadakimashita
(Saya sudah
makan)
2.
Douzo gohan o agatte irasshatte kudasai
(Silahkan
makan)
3.
Nani o meshiagarimasuka
(Mau makan
apa?)
Di dalam bahasa Indonesia kata “makan” dipakai dalam situasi
apapun, di mana pun, kapan pun, tanpa memperhatikan siapa yang berbicara,
siapa lawan bicara, atau siapa orang yang dibicarakan. Tetapi dalam bahasa
Jepang tidaklah demikian. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa kata untuk
menyatakan suatu perbuatan berdasarkan perbedaan situasi, teman berbicara,
dan orang-orang yang dibicarakan. Sehingga hanya untuk kata yang
menunjukkan aktifitas “makan” dapat dipakai beberapa verba seperti
taberu, itadaku dan meshiagaru. Contoh lain misalnya dalam pemakaian
pronomina persona. Untuk pronomina persona pertama tunggal saja terdapat
beberapa kata seperti contoh berikut :
1. Watakushi wa
Indonesia jin de gozaimasu
(Saya orang
Indonesia)
2. Watashi no
kodomo wa ima nihon de nihongo o benkyou shitte imasu
(Anak saya sekarang
sedang belajar bahasa Jepang di Jepang)
3. Boku wa kankoku
kara kita ryugakusei desu
(Saya mahasiswa
asing yang datang dari Korea utara)
4. Ore wa mada
asameshi tabenai
(Saya belum makan
pagi)
Verba taberu, itadaku dan meshiagaru memiliki arti yang sama.
Begitu pula pronomina persona pertama tunggal watakushi, watashi, boku,
dan ore pun semuanya memiliki arti yang sama. Kata-kata tersebut ada dalam
cakupan ragam bahasa hormat yang dipakai dengan memperhatikan situasi
pembicaraan, dengan siapa kita berbicara, dan siapa yang kita bicarakan.
Ketiga hal itulah yang menjadi dasar penggunaan ragam bahasa hormat.
2. Jenis-jenis
Keigo
Pada umumnya keigo dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu sonkeigo, kenjogo, dan teineigo. Tetapi pendapat
mengenai macam-macam keigo (bahasa hormat) ini tampaknya belum seragam,
sebab ada pula yang mengatakan keigo memiliki lebih dari tiga jenis.
Misalnya Ishida Shoichiro dalam buku keigo menambah bikago menjadi jenis bahasa
hormat selain ketiga jenis yang telah disebutkan diatas. Bahkan Hiromi Hata
dalam suatu tulisannyadalam Nihongo Jaanaru memasukkan Jouhingo ke dalam
bahasa hormat. Para ahli yang membagi bahasa hormat menjadi tiga jenis
mempunyai alasan baik bikago maupun jouhingo sepadan dengan teineigo. Sedangkan
seperti Hiromi Hata dan Ishida Shouichiro tidak mengelompokkan jouhingo
dan bikago kedalam teineigo karena cara penggunaan ketiga jenis keigo itu
berbeda. Adapun pengertian dari ketiga jenis Keigo tersebut adalah
:
a.
Sonkeigo
Menurut Hirai
(1985:132) Sonkeigo adalah cara bertutur kata yang secara langsung menyatakan
rasa hormat terhadap lawan bicara. Sementara itu menurut Oishi Shotaro
(1985:132) Sonkeigo adalah kata yang digunakan untuk menghormati lawan
bicara atau orang yang dibicarakan dengan cara menaikan derajat orang yang
dibicarakan. Yang dihormati oleh pembicara di sini bukan hanya persona
kedua atau persona ketiga yang secara langsung menjadi pokok pembicaraan,
tetapi termasuk juga perkara, keadaan, perbuatan, serta benda atau keluarga
orang yang dibicarakan.
Ø O [+VERB] NI NARU
·
Kaeru / kaerimasu / O kaerini narimasu
先生は もう おかえりになりました
Sensei wa mou o kairi narimashita
·
Kaku / kakimasu / o kakini narimasu
これは たなか先生が おかきになった本です
Kore wa Tanaka sensei ga o kakininatta hon desu
·
Matsu / machimasu / o machini narimasu
先生のおくさんはロビーで先生を おまちになっています
Sensei no okusann wa robide sensei o omachini natteimasu
Ø RARERU
·
Kaeru / kaerimasu / kaeraremasu
先生は もう かえられました
Sensei wa mou kaeraremashita
·
Kaku / kakimasu / Kakaremasu
これは たなか先生が かかられた 本です
Kore wa Tanaka sensei ga kakerareta hon desu
·
Tsukuru / tsukurimasu / Tsukuraremasu
この りょうりは 先生の おくさんが つくられました
Kono ryouri wa sensei no okusan ga tsukuraremashita
·
Yomu / yomimasu / yomaremasu
たなか先生は しんぶんを よまれます。
Tanaka sensei wa shinbun o yomaremasu
·
Kuru / kimasu / Koraremasu
たなか先生は いつも 7じに 学校へ 来られます。
Tanaka sensei wa itsumo shichiji ni gakkou e koraremasu
·
Neru / nemasu / Neraremasu
先生は なんじに ねられますか
Sensei wa nanji ni neraremasu ka ?
Ø Special word
·
Iru / irimasu / irasshaimiasu
あなたの お父さんは きょう 家に いらっしゃいますか
Ananta no otousan wa kyou ie ni
irasshaimasu ka ?
·
Iku / ikimasu / irasshaimasu
しゃちょうわ きのう とうきょうへ いらっしゃいました
Sachou wa kinou tokyo e irashaimasita
·
Kuru / kimasu / irasshaimasu
どちらの 国から いらっしゃいました の ですか
Raion wa dochira no kuni kara irasshaimashita no desu ka ?
·
Nomu / nomimasu / meshi agarimasu
先生は ビールを たくさん めしあがりました
Sensei wa biiru o takusan meshi agarimashita
·
Taberu / tabemasu / meshi agarimasu
ひるごはんは 何を めしあがりたいですか
Hiru gohan wa nani o meshi agaritai desuka
·
Shite iru / Shite imasu / Gozonji
A先生、B先生の でんわばんご ごぞんじです か
A sensei, B sensei no denwa bango gozonji desuka
·
Miru / Mimasu / Goran
ごらんください
Goran kudasai
·
Yobu >> Oyobi dashi
Berita panggilan seperti ini sangat umum
kita dengar di pusat perbelanjaan atau sejenisnya.
およびだし もうしあげます。やまださま インフォメーションまで おこしください。
Oyobidashi moushi agemasu. Yamada sama, information made
okoshi kudasai
b.
Kenjogo
Hirai Masao (1985:132) menyebut Kenjogo
dengan istilah kensogo sebagai suatu ungkapan untuk menunjukkan rasa hormat
pembicara kepada lawan bicara maupun orang yang menjadi topik pembicara
dengan cara merendahkan prilakunya sendiri. Sedangkan Oishi Shotaro
(1985:27) mengartikan Kenjogo sebagai keigo yang menyatakan rasa hormat
terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang dibicarakan dengan
cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, aktifitas,
atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Dalam etika pergaulan
orang Jepang, merendahkan diri umum dipakai baik dalam bahasa maupun prilaku.
Misalnya merendahkan badan dengan membungkuk adalah ekpresi dari rasa hormat
pada orang lain. Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti
membuat kita rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan
sopan santun.
·
Hakobi / hakobimasu / o hakobi shimasu
わたしが にもつを おはこび します
Watashi ga nimotsu o Ohakobi shimasu
·
Au / aimasu / o ai shimasu
きのう 先生の おくさんに お会いに しました
Kinou sensei no okusan ni o ai shimashita
·
Matsu / machimasu / o machi shimasu
ロビーで おまち します
Robi de o machi shimasu
Ø Special Word
·
Iku / ikimasu / mairimasu
わたしわ まいにち きょうとへ まいります
Watashi wa mainichi Kyoto e mairimasu
·
Kuru / kimasu / mairimasu
いもうとわ さくねん にほんへ まいります
Imotou wa sakunen nihon e mairimasu
·
Nomu / nomimasu / itadakimasu
わたしわ いつも ぎゅうにゅうを いただきます
Watashi wa itsumo gyuunyuu o itadakimasu
·
Taberu / tabemasu / itadakimasu
何もいただきたくない です
Nani mo itadakitakunai desu
·
Suru / shimasu / Itashimasu
わたしが にもつを はこびします
Watashi ga nimotusu o hakobi shimasu
Watashi ga O nimotus o Ohakobi shimasu
Watashi ga O nimotus o Ohakobi itashimasu
·
Shinai / shimasen / Itashimasen
わたしわ なにも しない
Watashi wa nani mo shinai
Watashi wa nani mo shimasen
Watashi nani mo itashimasen
·
Suru / shimasu / itashimasu
しつれい します
Shitsurei shimasu
Shitsurei itashimasu
c.
Teineigo
Menurut Hirai (1985:131) Teinego adalah
ungkapan sopan yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat pembicara
kepada lawan bicara dengan saling menghargai perasaan masing-masing, Oishi
Shotaro dalam Bunkachoo (1985:28) menyebutkan Teineigo dengan istilah
Teichoogo adalah bahasa hormat yang secara langsung menyatakan rasa hormat
terhadap lawan bicara. Teineigo tidak sama dengan Songkeigo dan Kenjogo
karena teineigo sama sekali tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau
menurunkan derajat orang yang dibicarakan.Yang menjadi pertimbangan dalam
teineigo hanyalah lawan bicara. Teineigo semata-mata dipergunakan untuk
menghormati lawan bicara. Pengertian jenis keigo selain dari ketiga jenis di
atas adalah : Kata “desu” sebenarnya sudah merupakan kalimat sopan dan
secara bisa di pakai dalam kondisi umum. Untuk situasi tertentu, lawan bicara
yang posisinya sangat penting, dipakai bentuk yang lebih halus lagi yaitu
“gozaimasu dan degozaimasu”. Kata ini umum kita dengar atau di pakai di
lingkungan restauran, hotel dan percakapan di film berseting kerajaan.
·
Desu >> De gozaimasu
わたし は たなか です
Watashi wa Tanaka desu [sopan standard]
Watashi wa Tanaka de gozaimasu [sangat sopan]
·
Desu >> De gozaimasu
ナシ です
Nasi goreng desu [sopan]
Nasi goreng degozaimasu [sangat sopan]
·
Aru >> Gozaimasu
ナシ ゴレン ありますか
Nasii goreng arimasu ka ?
Hai, arimasu [sopan]
Hai, gozaimasu [sangat sopan]
·
Nai >> Gozaimasen
いいえ、ございません
Iie, gozaimasen
Ø O + NOUN
Di depan benda kita tambahkan huruf O
sebagai rasa hormat kepada benda dan juga lawan bicara. Omizu (air), Okome
(beras), Okane (uang), Oheya (kamar), Ojikan (waktu), Okosama (anak). Note :
untuk anak sendiri kata terakhir tidak bisa dipakai tapi cukup bahasa standar
yaitu Kodomo atau Chibi. Otosama dan Okasama juga berlaku aturan yang sama
untuk pengganti kata Bapak dan Ibu. Pelayan hotel akan menunjukkan nomor kamar
kepada tamunya dengan kalimat :
おへやは 8ごしつす でございます
O heya wa 8 go
shitsu de gozaimasu
(Nomor kamar tuan
adalah kamar nomor 8)
Ø O + ADJEKTIVE
Penggunaannya sangat terbatas, hanya pada
beberapa kata sifat saja. Di bawah ini adalah perbedaan contoh penggunaan
kalimat antara guru dan muridnya.
·
Ishogashii / o ishogashii
たなかくん、いそがしい ですね
Tanaka kun, isogashii desu ne
Sensei, o ishogashii desu ne
·
Hisashiburi / O hisashiburi
たなかくん、ひさしぶり
Tanaka kun, hisashiburi !
Sensei, o hisashiburi !
·
Contoh lain
どうぞ ごらくに なって ください
Douzo O raku ni natte kudasai
d.
Bikago
Ishida Shoichiro mengatakan bahwa Bikago
adalah bahasa hormat yang menghaluskan (lemah lembut) serta memperindah bahasa
yang diucapkan. Bikago berbeda dengan Sonkeigo, Kenjogo dan Teineigo yang
dipakai untuk menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau
orang yang menjadi pokok pembicara. Bikago dipakai sebagai hiasan bahasa
seseorang (Bunkachoo,1985:29).
e. Johingo
Istilah Johingo berasal dari kata johin dan
go. Johin berarti lemah gemulai, anggun, halus budi bahasa, apik, sopan.
Lalu menjadi kata johingo yang berarti bahasa halus, bahasa yang sopan,
atau bahasa yang menunjukkan kelemah lembutan. Johingo hampir sama dengan
bikago, bedanya adalah johingo dipakai melalui penggunaan prefix
O/Go pada kata-kata tertentu, berikut contoh kata-kata yang menggunakan prefix
tersebut dalam bentuk tabel :
Prefiks O
|
Prefiks Go
|
O-kangae
|
Go-iken
|
O-kimochi
|
Go-aisatsu
|
O-kosama
|
Go-ryoko
|
O-tanjyoubi
|
Go-ryoshin
|
O-genki
|
Go-shinpai
|
Prefiks O dipakai sebelum nomina, adjektiva-I, adjektiva-na, atau verba
yang menyatakan rasa hormat. Pada kata-kata yang berasal dari bahasa Cina
biasanya menggunakan prefix Go tetapi ada pula diantaranya yang memakai prefix
O (Bunkacho, 1981 : 124). Yang menjadi jadi kesulitan dalam menggunakan aturan
kata hormat ini adalah kurangnya aturan yang pasti. Maksudnya, suatu kata akan
menjadi halus jika menggunakan prefiks tersebut, tetapi ada pula kata-kata yang
sama sekali tidak dapat menggunakan prefiks tersebut. Bahkan akan menjadi rancu
jika digunakan. Berikut beberapa peraturan mengenai tata cara penggunaan
prefiks sebagai jihongo ;
1) Pada kata-kata yang
menyatakan suatu upacara, peristiwa, atau perayaan, misalnya :
- Omedetou
- Osan
- Omairi
- Orei
2) Pada kata-kata yang
menyatakan barang yang dipakai, misalnya :
- Okurumi
- Omutsu
- Oshime
- Ofuru
3) Pada nama-nama
makanan, misalnya :
- Okashi
- Oyu
- Ocha
- Osake
- Odango
4) Pada nama-nama
barang atau alat-alat, misalnya :
- Ozen
- Owan
- Otama
- Oshiroi
5) Pada kata-kata yang
berhubungan dengan manuia, misalnya :
- Onaka
- Oshaberi
- Odeki
- Ozanari
Kedua ragam ini lebih banyak dipakai oleh perempuan dari pada
laki-laki. Dalam acara drama sandiwara televisi, di dalam film-film, atau
di dalam novel-novel, johingo menjadi ciri bahasa perempuan yang termasuk
golongan atas masyarakat.(misalnya kaum bangsawan).