info tentang jepang dari hal yang menarik, unik, dan horor.

Di Balik Lensa

Kamis, 27 Juni 2013

Musim dan Festval di Jepang

4 Musim dan Festval di Jepang

Jepang adalah salah satu negara yang mempunyai empat musim,  dan di antara 4 musim tersebut terdapat batas yang jelas dan mempunyai jangka waktu yang hampir sama, yaitu masing2 kurang lebih 3 bulan. 4 musim itu adalah, Musim Semi (Spring, haru) Musim Panas (Summer, natsu) Musim Gugur (Autumn, aki) Musim Dingin (Winter, fuyu). 

1.      Musim Semi 
Dimulai sekitar bulan Maret, dan orang Jepang pada gembira karena hari2 dingin dan tidak bersahabat telah berakhir. Musim Semi ditandai dengan munculnya kuncup2 bunga pohon plum (,ume). Setelah bunga pohon plum berakhir, muncul kuncup2 bunga paling terkenal di Jepang, bunga Sakura (). Musim Semi juga merupakan musim awal dari sekolah, kerja, pembukuan dll. Misal tahun ajaran baru sekolah di Jepang, dimulai tanggal 1 April, demikian juga pembukuan perusahaan dll. Dibawah ini adalah jenis perayaan yang ada pada saat musim semi.



·         Hinamatsuri 
Festival boneka ini mempunyai nama lain seperti Sangatsu Sekku(Festival Bulan 3), Momo Sekku (Festival Persik), Joshi no Sekku (Festival Gadis). Dikenal sebagai Festival Persik karena persik bersemi di awal musim semi dan disimbolkan sebagai keberanian dan kecantikan feminin. Anak perempuan memakai kimono terbaik mereka dan mengunjungi rumah temannya. Di rumah-rumah di tempatkan panggung berisi hina ningyo (boneka hina, sederet boneka yang mewakili kaisar, permaisuri, pelayan, dan musisi yang memakai pakaian kuno) dan sekeluarga merayakan dengan makanan special Hishimochi dan Shirozake.


·         Perayaan Hanami
Sakura (桜) merupakan bunga nasional Jepang yang mekar pada musim semi, yaitu sekitar akhir Maret hingga awal bulan April di wilayah Tokyo, terutama saat cuaca sudah mulai hangat. Sakura sendiri selain dinikmati bunganya, orang Jepang juga banyak menggunakan gambar bunga sakura pada barang-barang seperti kain kimono, alat-alat tulis, peralatan dapur, hiasan dinding dan sebagainya. Bunga sakura merupakan simbol yang sangat penting bagi orang Jepang. Asal usul dari nama bunga "sakura" itu dari kata "saku" (berarti "mekar" dalam bahasa Jepang), kemudian ditambahan bentuk jamak "ra', sehingga menjadi "SAKURA". Apabila dalam bahasa Inggris, bunga sakura disebut cherry blossoms. Warna bunga sakura bermacam-macam, dari yang berwarna putih, merah jambu, ataupun merah menyala. Pohon sakura hanya berbunga satu kali dalam setahun. Jenis bunga sakura yang paling terkenal di seluruh Jepang adalah "someiyoshino" 染井吉野. Mekarnya bunga sakura dimulai dari Jepang bagian selatan (Okinawa) sekitar bulan Februari, kemudian di Pulau Honshu bagian barat ke timur (Osaka, Kyoto, Tokyo). Setelah itu, pergerakan mekarnya bunga sakura bergerak demi sedikit ke arah utara pulau honshu, dan sampai Hokkaido, yang biasanya bertepatan dengan liburan Golden Week setiap tahunnya.  Setiap tahunnya, kita bisa mengecek peta pergerakan mekarnya bunga sakura melalui peta sakuranzensen桜前線. Dengan melihat informasi mekarnya bunga sakura, kita bisa menentukan hari yang tepat untuk piknik bersama teman atau keluarga dibawah pohon sakura sambil menikmati keindahan bunga sakura, disebut "hanami"花見. Bunga jenis "someiyoshino" hanya dapat bertahan kurang lebih selama satu minggu. Rontoknya bunga sakura juga bias dipercepat akibat hujan lebat atau angin kencang. Selain itu, beberapa jenis burung juga menyukai bunga sakura yang berasa manis, sedangkan burung merpati terkadang memakan seluruh dari bagian bunga sakura.

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam informasi mekarnya bunga sakura, seperti "kaika" 開花: terbukanya kuncup bunga, "ichibuzaki" 一部咲き: bunga mekar sebesar 10% dari kuncup bunga yang ada pada pohon sakura, "mankai" 満開: bunga sakura telah bermekaran seluruhnya. Pada saat bunga sakura rontok, maka akan digantikan dengan keluarnya daun-daun muda. Pada saat bunga sakura rontok sebanyak 10% disebut "ichibu hazakura"一部葉桜. Namun, apabila seluruh bunga sudah rontok dan hanya tersedia daun-daun muda maka disebut "hazakura" 葉桜, yang artinya sakura daun. Selain jenis pohon sakura "someiyoshino", ada yang disebut pohon sakura jenis "yamazakura" dimana bunga sakura bermekaran di daerah pegunungan. Sebagai informasi, daun dan bunga sakura yang sudah direndam di dalam air garam dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena wangi dari bunganya yang harum.

2.      Musim Panas 
Diawali dengan musim hujan sekitar seminggu yang disebutTsuyu (梅雨). Musim Panas di Jepang bisa mencapai suhu maximum 35 derajat Celcius, dengan kelembapan lebih dari 90 persen. Bisa dibayangkan kayak sauna. Meski kita duduk diam nggak bergerak, dah mandi keringat. Musim Panas dimulai sekitar bulan Juni ditandai dengan hijau pohon2 dan ribut nyanyian serangga yang bernama Semi. Sekolah di Jepang memberi libur Musim Panas sekitar sebulan. Salah satu aktivitas yang disukai kaum muda Jepang di Musim Panas adalah main2 ke pantai dan laut. Meski di tiap musim juga diadakan festival, Musim Panas adalah musim dengan jumlah festival terbanyak dan tersemarak. Di seluruh kepulauan Jepang diadakan berbagai macam festival dan kembang api.


·         Perayaan hari Hanabi (Pesta Kembang Api )
Pada saat-saat musim panas, warga Jepang sibuk mempersiapkan perayaan pesta kembangapi Hanabi Takai. Beribu-ribu hingga puluhan ribu kembang api dipersiapkan guna merayakan pesta musim panas. Pada saat merayakan Hanabi Takai, warga Jepang khususnya kaum perempuan berbondong-bondong memakai pakaian tradisional Jepang, yakni Yukata atau Kimono musim panas.
Selain memakai pakaian-pakaian tradisional, warga Jepang pun berbondong-bondong memakai pakaian yang semenarik mungkin utntuk menikmati pesta Hanabi dan tentunya menarik perhatian para turis yang datang. Pesta Hanabi Takai ini juga mempunyai ciri khas, yaitu pada saat menyalakan puluhan ribu kembang api, maka yang akan terlihat adalah motif lautan bunga yang berwarna-warni dan motif-motif lainnya yang rasanya sayang untuk dilewatkan. Pesta Hanabi Takai ini memakan waktu sekitar 60-90 menit. Waktu tersebut cukup untuk memanjakan mata dengan motif berwarna-warni dan beraneka ragam serta bunyi-bunyi letusan kembang api di udara yang menambah suasana ramai di pesta Hanabi.


3.      Musim Gugur
Ditandai dengan mulai rontoknya daun2 di pohon2, dan berakhirnya hari panas dan lembab. Berawal sekitar bulan September, musim ini terkenal dengan daun yang berubah warna jadi kuning, merah, oranye, dan disebut Momiji (紅葉). Para binatang liar seperti beruang, pada mengumpulkan persediaan makanan untuk ditimbun selama mereka tidur jangka lama di Musim Dingin. Hari2 kelabu di Musim Gugur ini sering buat hati jadi romantis.


·         TSUKIMI
Perayaan menikmati pemandangan bulan di pertengahan musim gugur di jepang disebut tsukimi. Budaya tersebut pertama kali diperkenalkan ke masyarakat Jepang dari Cina pada periode Nara dan Heian, yaitu antara tahun 710 – 1185.Tsukimi dirayakan tiap tanggal 15 Agustus dalam lunar calendar, atau Jugoya (malam ke 15 dalam bahasa Jepang). Jugoya dalam solar calendar atau kalender masehi selalu berubah setiap tahunnya, namun biasanya jatuh di bulan September atau Oktober. Bulan di malam tersebut tak selalu penuh, namun itu adalah bulan yang paling cerah dan paling indah sepanjang tahun. Tahun ini, Tsukimi dirayakan pada tanggal 3 Oktober.Masyarakat Jepang merayakan Tsukimi dengan mendekorasi vas dengan susuki (sejenis rumput Jepang) dengan bunga-bunga musim gugur, lalu meletakkan kue dango dan satoimo (sejenis ubi-ubian) di altar untuk dipersembahkan kepada bulan. Mereka kemudian memandangi bulan dan menikmati keindahannya dengan tenang.Kata “tsukimi” juga digunakan dalam beberapa nama makanan khas Jepang. Misalnya tsukimi soba dan tsukimi udon. Makanan-makanan tersebut bukanlah makanan khas perayaan Tsukimi, namun menggunakan telur mentah sebagai toppingnya. Kuning telur pada telur mentah tsebut melambangkan bulan bagi masyarakat Jepang. Di gerai-gerai McDonald’s di Jepang juga tersedia Tsukimi Burger, yaitu burger dengan isi telur mata sapi.


4.      Musim Dingin
Ditandai dengan turunnya butir2 salju pertama di awal Desember. Di jaman dulu, Musim Dingin ini adalah musim yang paling berat, dan mungkin paling banyak menelan korban jiwa karena ganasnya cobaan alam dengan hawa dingin dan badai salju. Di beberapa daerah seperti Hokkaido di utara, suhu udara bisa mencapai minus 20 derajat Celcius. Di musim dingin, orang2 Jepang banyak yang maen ski dan snowboard, juga es skating. Juga Onsen (hot spring, mandi kum2 air panas), terasa paling nyaman di musim ini, apalagi kum2 di luar waktu salju turun, bener2 terasa di surga.






Sekian sekilas tentang 4 musim di Jepang, yang bagi kita orang Indonesia terasa unik. Jadi untuk bisa menikmati Jepang, kita harus mengunjungi tempat yang sama 4 kali dalam setahun

Kamis, 13 Juni 2013

Hantu - Hantu dari Negeri Sakura


Nah pada posting kali ini kita akan membahas tentang hantu-hantu yang ada di jepang. Yang pastinya kalian semua sudah kenal dengan hantu SADAKO. Dia adalah icon hantu terkenal dari negeri sakura, dan kisahnya bahkan dirilis ulang perfilman Hollywood dengan nama tokoh SAMA.


Bagi para blogger yang belum tahu  dan mengenal hantu SADAKO, saya akan kilas balik sedikit mengenai hantu sadako ini. Hantu Sadako merupakan salah satu nama hantu di Jepang yang sangat populer dan sangat menakutkan. Ciri-ciri hantu sadako yaitu hantu wanita berambut panjang menutupi muka, dan memakai gaun panjang berwarna putih. Ibarat kuntilanak.
Namun bedanya, kalo kuntilanak adalah hantu wanita yang meninggal saat melahirkan, sedangkan sadako adalah hantu wanita yang mati bunuh diri dengan cara terjun ke sumur tua, sehingga penampakan hantu sadako pun keluar dari sumur dengan cara merangkak.Dalam tradisi Jepang mengenal beberapa makhluk halus, diantaranya adalah:
1.      Onryou
Onryou adalah hantu yang menaruh dendam kepada orang lain pada semasa hidupnya dan biasanya setelah meninggal ia akan gentayangan untuk membalas dendam kepada orang-orang tersebut.Penampakan Onryou biasanya digambarkan sebagai berikut:
1.      Rambut panjang terurai.
2.      Memakai kimono putih.
3.      Pergelangan tangan menjuntai ke bawah.
4.      Biasanya kaki tak tampak menjejak.


2.      Ubume
Dalam kepercayaan masyarakat Jepang, Ubume adalah sosok hantu wanita yang meninggal ketika mengandung (lalu melahirkan dalam kubur) sehingga meninggalkan anak yang masih bayi, dan hantu tersebut selalu kembali untuk merawat anaknya dengan membawa gula-gula. Di Indonesia, hantu jenis ini dikenal dengan Kuntilanak atau Sundel Bolong. Penampakan Ubume hampir sama dengan penampakan Onryou, hanya kisah asal muasalnya saja yang berbeda.


3.      Funa Yuurei
Funa Yuurei adalah hantu yang berasal dari manusia yang tewas di tengah lautan. Mereka biasanya menampakkan diri pada penumpang kapal dan berpura-pura meminta bantuan kepada para penumpang, setelah itu mereka akan membalikkan kapal tersebut sehingga semua penumpang meninggal.


4.      Zashiki Warashi
Zashiki Warashi adalah hantu yang berwujud anak-anak yang seringkali nakal dan membahayakan. Hantu ini bisa juga disebut Zashiki-bokko. Zashiki bisa diartikan sebagai penutup lantai rumah(tatami), sedangkan Warashi adalah hantu anak-anak. Penampakan Zashiki Warashi adalah seperti anak kecil yang berusia sekitar 5 atau 6 tahun. Berambut cepak dan berwajah merah. Biasanya hantu anak-anak ini berkeliaran di sekitar rumah, dan hantu ini mencari perhatian dengan cara yang bermacam-macam, seperti meninggalkan jejak kaki di lantai, membunyikan musik di ruang tamu atau tiba-tiba duduk di atas futon. Hantu ini paling senang menampakkan diri pada anak kecil. Mungkin karena usia mereka sebaya.



Penasaran ingin melihat seperti apa penampakan hantu jepang? silahkan lihat video nya disini,ada banyak video yang berhasil mengabadikan penampakan hantu jepang  : Kumpulan video penampakan hantu

Rabu, 12 Juni 2013

Pengertian dan jenis-jenis Keigo

1.      Pengertian Keigo 
Keigo dalam bahasa Indonesia disebut bahasa hormat. Bahasa hormat sepadan dengan bahasa halus atau bahasa lemas sebagai istilah yang dipungut dari bahasa daerah yang dipakai kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Menurut Terada Takanao (1984:238) Keigo adalah bahasa yang mengungkapkan rasa hormat terhadap lawan bicara atau orang ketiga. Menurut Nomura (1992:54) Keigo adalah ungkapan kebahasaan yang menaikkan derajat pendengar atau orang yang menjadi pokok pembicara. Sedangkan menurut Ogawa (1989:227) Keigo adalah ungkapan sopan yang dipakai pembicara atau penulis dengan mempertimbangkan pihak pendengar, pembaca, atau orang yang menjadi pokok pembicara. Pada dasarnya Keigo adalah bahasa yang dipakai untuk menghaluskan bahasa atau bahasa yang mengungkapkan rasa hormat terhadap lawan bicara yang berfungsi untuk menaikkan derajat orang yang dibicarakan yang dipakai oleh orang pertama untuk menghormati orang kedua dan orang ketiga. Jadi yang dipertimbangkan pada waktu menggunakan keigo adalah konteks tuturan termasuk orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Nakao Toshio dalam Sudjianto (1999:149) menjelaskan bahwa keigo ditentukan dengan beberapa faktor sebagai berikut : 
1.  Usia   : Tua atau muda, senior atau junior 
2.  Status  :Atasan atau bawahan, guru atau murid 
3. Jenis kelamin   : Pria atau wanita 
4. Keakrapan  : Orang dalam atau orang luar  
5.   Pribadi atau umum  : Rapat dan upacara 
6.   Pendidikan   : Berpendidikan atau tidak   
Pemakaian Keigo tampak sangat mencolok dalam pemakaian  bahasa Jepang sehari-hari. Hal ini menjadi satu ciri khas kekayaan bahasa Jepang. Sebagai contoh untuk menyatakan “makan” ada beberapa kata yang digunakan seperti pada kalimat  berikut :  
 1.  Osaki ni gohan o itadakimashita 
 (Saya sudah makan) 
 2.  Douzo gohan o agatte irasshatte kudasai 
  (Silahkan makan) 
 3.   Nani o meshiagarimasuka 
  (Mau makan apa?)  
Di dalam bahasa Indonesia kata  “makan” dipakai dalam situasi apapun, di mana pun, kapan pun, tanpa memperhatikan siapa yang berbicara, siapa lawan bicara, atau siapa orang yang dibicarakan. Tetapi dalam bahasa Jepang tidaklah demikian. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa kata untuk menyatakan suatu perbuatan berdasarkan perbedaan situasi, teman berbicara, dan orang-orang yang dibicarakan. Sehingga hanya untuk kata yang menunjukkan aktifitas “makan” dapat dipakai beberapa verba seperti  taberu, itadaku dan meshiagaru. Contoh lain misalnya dalam pemakaian pronomina persona. Untuk pronomina persona pertama tunggal saja terdapat beberapa kata seperti contoh berikut : 
1. Watakushi wa Indonesia jin de gozaimasu 
(Saya orang Indonesia) 
2. Watashi no kodomo wa ima nihon de nihongo o benkyou shitte imasu 
(Anak saya sekarang sedang belajar bahasa Jepang di Jepang) 
3. Boku wa kankoku kara kita ryugakusei desu 
(Saya mahasiswa asing yang datang dari Korea utara) 
4. Ore wa mada asameshi tabenai 
(Saya belum makan pagi) 
  
Verba taberu, itadaku dan meshiagaru memiliki arti yang sama. Begitu pula pronomina persona pertama tunggal watakushi, watashi, boku, dan ore pun semuanya memiliki arti yang sama. Kata-kata tersebut ada dalam cakupan ragam bahasa hormat yang dipakai dengan memperhatikan situasi pembicaraan, dengan siapa kita berbicara, dan siapa yang kita bicarakan. Ketiga hal itulah yang menjadi dasar penggunaan ragam bahasa hormat.  

2.      Jenis-jenis Keigo 
Pada umumnya keigo dibagi menjadi tiga jenis, yaitu  sonkeigo, kenjogo, dan teineigo. Tetapi pendapat mengenai macam-macam keigo (bahasa hormat) ini tampaknya belum seragam, sebab ada pula yang mengatakan keigo memiliki lebih dari tiga jenis. Misalnya Ishida Shoichiro dalam buku keigo menambah bikago menjadi jenis bahasa hormat selain ketiga jenis yang telah disebutkan diatas. Bahkan Hiromi Hata dalam suatu tulisannyadalam Nihongo Jaanaru memasukkan Jouhingo ke dalam bahasa hormat. Para ahli yang membagi bahasa hormat menjadi tiga jenis mempunyai alasan baik bikago maupun jouhingo sepadan dengan teineigo. Sedangkan seperti Hiromi Hata dan Ishida Shouichiro tidak mengelompokkan jouhingo dan bikago kedalam teineigo karena cara penggunaan ketiga jenis keigo itu berbeda. Adapun pengertian dari ketiga jenis  Keigo tersebut adalah : 

a.                   Sonkeigo
Menurut Hirai (1985:132) Sonkeigo adalah cara bertutur kata yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Sementara itu menurut Oishi Shotaro (1985:132) Sonkeigo adalah kata yang digunakan untuk menghormati lawan bicara atau orang yang dibicarakan dengan cara menaikan derajat orang yang dibicarakan. Yang dihormati oleh pembicara di sini bukan hanya persona kedua atau persona ketiga yang secara langsung menjadi pokok pembicaraan, tetapi termasuk juga perkara, keadaan, perbuatan, serta benda atau keluarga orang yang dibicarakan.

Ø  O [+VERB] NI NARU
·         Kaeru / kaerimasu / O kaerini narimasu
先生は もう おかえりになりまし
Sensei wa mou o kairi narimashita

·         Kaku / kakimasu / o kakini narimasu
これは たなか先生が おかきになった本で
Kore wa Tanaka sensei ga o kakininatta hon desu

·         Matsu / machimasu / o machini narimasu
先生のおくさんはロビーで先生を おまちになっていま
Sensei no okusann wa robide sensei o omachini natteimasu

Ø  RARERU
·         Kaeru / kaerimasu / kaeraremasu
先生は もう かえられまし
Sensei wa mou kaeraremashita

·         Kaku / kakimasu / Kakaremasu
これは たなか先生が かかられた 本で
Kore wa Tanaka sensei ga kakerareta hon desu

·         Tsukuru / tsukurimasu / Tsukuraremasu
この りょうりは 先生の おくさんが つくられまし
Kono ryouri wa sensei no okusan ga tsukuraremashita

·         Yomu / yomimasu / yomaremasu
たなか先生は しんぶんを よまれます
Tanaka sensei wa shinbun o yomaremasu

·         Kuru / kimasu / Koraremasu
たなか先生は いつも 7じに 学校へ 来られます
Tanaka sensei wa itsumo shichiji ni gakkou e koraremasu

·         Neru / nemasu / Neraremasu
先生は なんじに ねられます
Sensei wa nanji ni neraremasu ka ?

Ø  Special word
·         Iru / irimasu / irasshaimiasu
あなたの お父さんは きょう 家に いらっしゃいます
Ananta no otousan wa kyou ie ni irasshaimasu ka ?

·         Iku / ikimasu / irasshaimasu
しゃちょうわ きのう とうきょうへ いらっしゃいまし
Sachou wa kinou tokyo e irashaimasita

·         Kuru / kimasu / irasshaimasu
どちらの 国から いらっしゃいました の です
Raion wa dochira no kuni kara irasshaimashita no desu ka ?

·         Nomu / nomimasu / meshi agarimasu
先生は ビールを たくさん めしあがりまし
Sensei wa biiru o takusan meshi agarimashita

·         Taberu / tabemasu / meshi agarimasu
ひるごはんは 何を めしあがりたいです
Hiru gohan wa nani o meshi agaritai desuka

·         Shite iru / Shite imasu / Gozonji
A先生、B先生の でんわばんご ごぞんじです 
A sensei, B sensei no denwa bango gozonji desuka

·         Miru / Mimasu / Goran
ごらんください
Goran kudasai

·         Yobu >> Oyobi dashi
Berita panggilan seperti ini sangat umum kita dengar di pusat perbelanjaan atau sejenisnya.
およびだし もうしあげます。やまださま インフォメーションまで おこしください
Oyobidashi moushi agemasu. Yamada sama, information made okoshi kudasai  
b.               Kenjogo 
Hirai Masao (1985:132) menyebut Kenjogo dengan istilah kensogo sebagai suatu ungkapan untuk menunjukkan rasa hormat pembicara kepada lawan bicara maupun orang yang menjadi topik pembicara dengan cara merendahkan prilakunya sendiri. Sedangkan Oishi Shotaro (1985:27) mengartikan Kenjogo sebagai keigo yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya.  Dalam etika pergaulan orang Jepang, merendahkan diri umum dipakai baik dalam bahasa maupun prilaku. Misalnya merendahkan badan dengan membungkuk adalah ekpresi dari rasa hormat pada orang lain. Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun.
·         Hakobi / hakobimasu / o hakobi shimasu
わたしが にもつを おはこび しま
Watashi ga nimotsu o Ohakobi shimasu

·         Au / aimasu / o ai shimasu
きのう 先生の おくさんに お会いに しまし
Kinou sensei no okusan ni o ai shimashita

·         Matsu / machimasu / o machi shimasu
ロビーで おまち しま
Robi de o machi shimasu

Ø  Special Word
·         Iku / ikimasu / mairimasu
わたしわ まいにち きょうとへ まいりま
Watashi wa mainichi Kyoto e mairimasu

·         Kuru / kimasu / mairimasu
いもうとわ さくねん にほんへ まいりま
Imotou wa sakunen nihon e mairimasu

·         Nomu / nomimasu / itadakimasu
わたしわ いつも ぎゅうにゅうを いただきま
Watashi wa itsumo gyuunyuu o itadakimasu

·         Taberu / tabemasu / itadakimasu
何もいただきたくない で
Nani mo itadakitakunai desu

·         Suru / shimasu / Itashimasu
わたしが にもつを はこびしま
Watashi ga nimotusu o hakobi shimasu
Watashi ga O nimotus o Ohakobi shimasu
Watashi ga O nimotus o Ohakobi itashimasu

·         Shinai / shimasen / Itashimasen
わたしわ なにも しな
Watashi wa nani mo shinai
Watashi wa nani mo shimasen
Watashi nani mo itashimasen

·         Suru / shimasu / itashimasu
しつれい しま
Shitsurei shimasu
Shitsurei itashimasu

c.                Teineigo
Menurut Hirai (1985:131) Teinego adalah ungkapan sopan yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat pembicara kepada lawan bicara dengan saling menghargai perasaan masing-masing, Oishi Shotaro dalam Bunkachoo (1985:28) menyebutkan Teineigo dengan istilah Teichoogo adalah bahasa hormat yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Teineigo tidak sama dengan Songkeigo dan Kenjogo karena teineigo sama sekali tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang dibicarakan.Yang menjadi pertimbangan dalam teineigo hanyalah lawan bicara. Teineigo semata-mata dipergunakan untuk menghormati lawan bicara. Pengertian jenis keigo selain dari ketiga jenis di atas adalah : Kata “desu” sebenarnya sudah merupakan kalimat sopan dan secara bisa di pakai dalam kondisi umum. Untuk situasi tertentu, lawan bicara yang posisinya sangat penting, dipakai bentuk yang lebih halus lagi yaitu “gozaimasu dan degozaimasu”. Kata ini umum kita dengar atau di pakai di lingkungan restauran, hotel dan percakapan di film berseting kerajaan.
·         Desu >> De gozaimasu
わたし は たなか で
Watashi wa Tanaka desu [sopan standard]
Watashi wa Tanaka de gozaimasu [sangat sopan]

·         Desu >> De gozaimasu
ナシ  で
Nasi goreng desu [sopan]
Nasi goreng degozaimasu [sangat sopan]

·         Aru >> Gozaimasu
ナシ ゴレン あります
Nasii goreng arimasu ka ?
Hai, arimasu [sopan]
Hai, gozaimasu [sangat sopan]

·         Nai >> Gozaimasen
いいえ、ございませ
Iie, gozaimasen

Ø  O + NOUN
Di depan benda kita tambahkan huruf O sebagai rasa hormat kepada benda dan juga lawan bicara. Omizu (air), Okome (beras), Okane (uang), Oheya (kamar), Ojikan (waktu), Okosama (anak). Note : untuk anak sendiri kata terakhir tidak bisa dipakai tapi cukup bahasa standar yaitu Kodomo atau Chibi. Otosama dan Okasama juga berlaku aturan yang sama untuk pengganti kata Bapak dan Ibu. Pelayan hotel akan menunjukkan nomor kamar kepada tamunya dengan kalimat :

おへやは 8ごしつす でございま
O heya wa 8 go shitsu de gozaimasu
(Nomor kamar tuan adalah kamar nomor 8)

Ø  O + ADJEKTIVE
Penggunaannya sangat terbatas, hanya pada beberapa kata sifat saja. Di bawah ini adalah perbedaan contoh penggunaan kalimat antara guru dan muridnya.

·         Ishogashii / o ishogashii
たなかくん、いそがしい です
Tanaka kun, isogashii desu ne
Sensei, o ishogashii desu ne

·         Hisashiburi / O hisashiburi
たなかくん、ひさしぶ
Tanaka kun, hisashiburi !
Sensei, o hisashiburi !

·         Contoh lain
どうぞ ごらくに なって くださ
Douzo O raku ni natte kudasai

d.            Bikago
Ishida Shoichiro mengatakan bahwa Bikago adalah bahasa hormat yang menghaluskan (lemah lembut) serta memperindah bahasa yang diucapkan. Bikago berbeda dengan Sonkeigo, Kenjogo dan Teineigo yang dipakai untuk menyatakan rasa  hormat terhadap lawan bicara atau orang yang menjadi pokok pembicara. Bikago dipakai sebagai hiasan bahasa seseorang (Bunkachoo,1985:29).

e.       Johingo
Istilah Johingo berasal dari kata johin dan go. Johin berarti lemah gemulai, anggun, halus budi bahasa, apik, sopan. Lalu menjadi kata johingo yang berarti bahasa halus, bahasa yang sopan, atau bahasa yang menunjukkan kelemah lembutan. Johingo hampir sama dengan bikago,  bedanya adalah johingo dipakai melalui penggunaan prefix O/Go pada kata-kata tertentu, berikut contoh kata-kata yang menggunakan prefix tersebut dalam bentuk tabel :

Prefiks O
Prefiks Go
O-kangae
Go-iken
O-kimochi
Go-aisatsu
O-kosama
Go-ryoko
O-tanjyoubi
Go-ryoshin
O-genki
Go-shinpai
Prefiks O dipakai sebelum nomina, adjektiva-I, adjektiva-na, atau verba yang menyatakan rasa hormat. Pada kata-kata yang berasal dari bahasa Cina biasanya menggunakan prefix Go tetapi ada pula diantaranya yang memakai prefix O (Bunkacho, 1981 : 124). Yang menjadi jadi kesulitan dalam menggunakan aturan kata hormat ini adalah kurangnya aturan yang pasti. Maksudnya, suatu kata akan menjadi halus jika menggunakan prefiks tersebut, tetapi ada pula kata-kata yang sama sekali tidak dapat menggunakan prefiks tersebut. Bahkan akan menjadi rancu jika digunakan. Berikut beberapa peraturan mengenai tata cara penggunaan prefiks sebagai jihongo ;
1)      Pada kata-kata yang menyatakan suatu upacara, peristiwa, atau perayaan, misalnya :
-          Omedetou
-          Osan
-          Omairi
-          Orei
2)      Pada kata-kata yang menyatakan barang yang dipakai, misalnya :
-          Okurumi
-          Omutsu
-          Oshime
-          Ofuru
3)      Pada nama-nama makanan, misalnya :
-          Okashi
-          Oyu
-          Ocha
-          Osake
-          Odango
4)      Pada nama-nama barang atau alat-alat, misalnya :
-          Ozen
-          Owan
-          Otama
-          Oshiroi
5)      Pada kata-kata yang berhubungan dengan manuia, misalnya :
-          Onaka
-          Oshaberi
-          Odeki
-          Ozanari  
Kedua ragam ini lebih banyak dipakai oleh perempuan dari pada laki-laki. Dalam acara drama sandiwara televisi, di dalam film-film, atau di dalam novel-novel, johingo menjadi ciri bahasa perempuan yang termasuk golongan atas masyarakat.(misalnya kaum bangsawan).